Pondok Pesantren Darul Ulum mementingkan pendidikan daripada Pengajaran. Maka dalam usahanya membawa para santri selalu sejalan dengan arah dan tujuan Pondok Pesantren Darul Ulum. Arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Darul Ulum ada lima, yaitu:

  1. Beribadah tholabul 'ilmi lillahi ta'ala
  2. Beriman, berilmu, berakhlak karimah, beramal shaleh dan berjihad fi sabilillah
  3. Hidup sederhana
  4. Bermasyarakat dan menjadi warga negara yang baik dan terampil
  5. Cinta agama dan tanah air
Beribadah tholabul 'ilmi lillahi ta'ala
Pondok Pesantren Darul Ulum menekankan kepada para santri agar niat thalabul 'ilmi (mencari ilmu) sebagai ibadah memenuhi perintah agama dan itu harus menjadi tujuan pokok bagi mereka semua, tentang akan menjadi pegawai atau tidaknya tidak menjadi dasar pemikiran pada waktu belajar, mereka diharapakan setelah studinya dapat menjadi orang yang berwiraswasta memimpin suatu perusahaan atau oraganisasi atau memimpin pegawai-pegawai dengan mental pesantrennya yang kuat yaitu wiraswasta Muslim yang berkepribadian Islami. Sebab suksesnya suatu usaha, suatu program tidak terlalu tergantung kepada pelajaran atau jurusan khusus, tetapi bergantung kepada jiwa, karakter dan pribadi serta mental dari pengusaha tersebut.

Namun tidak menutup kemungkinan bila santri kebetulan mendapat jalan menjadi pegawai karena memang dihajatkan oleh pemerintah, misalnya memperbanyak guru agama di sekolah umum dan lain-lainnya, tetapi dia harus sadar bahwa kepegawaiannya itu bukan tujuan pokok sejak ia mondok, hanya secara ketepatan atau ada kesempatan begitu saja. Dan di Pondok Pesantren Darul Ulum, para santri dididik sejak dini bahwa thalabul 'ilmu (mencari ilmu harusnya didasari kepada beribadah kepada Allah.

Beriman, berilmu, berakhlak karimah, beramal shaleh dan berjihad fi sabilillah
Arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Darul Ulum yang kedua adalah beriman, berilmu, berakhlak karimah, beramal sholeh dan berjihad fi sabilillah. Iman yang kuat pada diri para santri akan memancarkan amal sholeh. Pembinanaan iman dan takwa dengan ritualisasi ibadah yang disiplin akan mempengaruhi jiwa santri untuk taat dan tunduk kepada tuntunan agama, berbudi pekerti sebagaimana yang dituntunkannya dan ketaatan kepada agama tersebut akan membawa perasaan memiliki (sense of belonging) agama itu sendiri dan akhirnya perasaan memiliki itu akan membuat mereka bertanggung jawab dan ingin memperjuangkan keberadaannya dan membelanya meskipun berpayah-payah. Itulah namanya: "jihad fi sabilillah."

Hidup Sederhana
Di Pondok Pesantren hidup sederhana ini tidak asing lagi, semua yang pernah mondok pasti sudah menjalaninya. Bahkan apabila ada Pondok Pesantren yang menyediakan kemewahan dalam hidup di asrama/pondok, maka Pondok Pesantren tersebut telah menghilangkan salah satu panca jiwa Pondok Pesantren yaitu kesederhanaan. Maka seharusnya kita mendidik santri untuk hidup sederhana. Dalam makannya, tidurnya, pakaiannya, hiburannya dan lain-lainnya, semuanya harus dapat kita laksanakan dengan sederhana, yang masih di batas-batas tidak menggaunggu kesehatan, baik kesehatan rohani maupun jasmani.

Mengingat beberapa faktor pendidikan jasmani dan rohani, maka penting sekali kita semua ini dibiaskan dan dididik hidup sederhana. Sederhana tidak berarti miskin dan tidak berarti mendidik atau mengajarkan miskin, bahkan sebaliknya sederhana adalah pokok keberuntungan, ia dapat memudahkan penghidupan yang jujur dan bersih. Sebaliknya hidup mewah, yang tidak mengenal batas, mudah terpengaruh ajarak syetan dan iblis yang senantiasa mengajar ke arah jalan kejahatan dan menjadikan seseorang lupa kepada rasa kemanusiaan, rasa tanggung jawab dan rasa syukur.

Itulah sebabnya kita semua di Pondok Pesantren ini dididik hidup sederhana, sehingga ongkos dapat semurah-murahnya. Dan biasakan hidup sederhana, niscaya kita akan hidup bahagia dan dapat menghadapi masa depan dengan tegak, tidak merasa cemas dan atau takut.

Diantara kesederhanaan itu ialah makannya tidak boleh dagingnya terlalu banyak, terlalu panas, mudah menimbulkan tekanan darah tinggi karena tidak baik untuk kesehatan baik itu jasmani dan rohani. Pakaianpun sederhana, tidak boleh pakaian yang model-model (aneh-aneh). Cukuplah yang bersih dan baik meskipun berwarna tetapi tidaklah terlalu mencolok. Hal ini diharapkan tidak menjadikan santri berlomba-lomba memakai pakaian yang mahal-mahal.

Bermasyarakat dan menjadi warga negara yang baik dan terampil

Gerakan-gerakan, bimbingan-bimbingan dan penyuluhan-penyuluhan yang ada di Pondok Pesantren Darul ulum itu selalu diusahakan yang dapat mendidik dan membekali pengalaman-pengalaman yang berharga bagi semua santri yang akan ditemui dalam perjuangan hidup kelak bila sudah terjun ke masyarakat.

Maka segala tindakan dan perkataan dalam pendidikan dan pengajaran, bahkan segala gerak-gerik yang ada di Pondok Pesantren Darul Ulum dan apa saja yang sekiranya akan dialami para santri di masyarakat itulah yang dididikkan, ditanamkan masak-masak kepada mereka, agar mereka nanti bila masuk ke masyarakat tidak akan terlalu canggung, mereka siap menjadi guru bagi masyarakat mereka entah dalam bidang agama ataupun bahkan umum. Tidak canggung pula ketika mereka diminta untuk menjadi pengurus organisasi, mubaligh, imam, pegawai dan lain-lainnya.

Cinta agama dan tanah air
Kehidupan para santri putra/putri di Pondok Pesantren Darul Ulum yang baik dan harmonis dan dinamis yang ditandai oleh mental agama yang tinggi dan keimanan, ketakwaan yang direalisasikan dengan peribadatan yang tinggi, memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi pula adalah cita-cita dari pendiri Pondok Pesantren dan para pembantunya. Dan itu semua dapat diwujudkan secara praktis, tak mungkin hnya dalam jangka waktu yang pendek, sebulan dua bulan misalnya target waktu yang disiapkan untuk para santri minimum 4 sampai 6 tahun, yaitu sepanjang mereka belajar di pondoknya dengan pendidikan dan pengajaran yang baik.

Adapun dengan target waktu yang pendek, hanya 1 tahun atau 2 tahun meninggalkan pondok misalnya, mereka dibimbing di pondok kemudian terpaksa mereka drop out (keluar) meninggalkan pondok. Bekas didikan dan bimbingan tersebut sudah tampak ada. Tetapi semakin lama mereka terbina semakin tinggi pula mental agamanya dan akan meningkat pula kecintaannya terhadap agama dan kecintaannya terhadap tanah airnya.

Anak menurut imam al-Ghozali adalah amanat kedua orang tua kepada Allah. Bila ia dibiasakan oleh kedua orang tuanya atas kebaikan dan diajarkan ilmu pengetahuan, maka ia akan tumbuh dengan kebaikan dan ilmu pengetahuan tersebut (sampai besar), baik untuk urusan dunia maupun urusan akhiratnya. Tetapi sebaliknya bila anak tersebut dibiasakan dengan keburukan dan dilengahkan pendidikan dan pengajarannya tentang ilmu pengetahuan, maka ia akan sengsara dan rusak kehidupannya. Dan dosanya dibebankan kepada yang bertanggung jawab (kedua orang tuanya).

Pendidikan dan pengajaran yang dimaksud di atas antara lain ialah penanaman akhlak yang terpuji, penyiraman dengan siraman petunjuk dan nasehat yang baik, sehingga pendidikan dan pengajaran itu melekat pada jiwa anak yang buahnya merupakan Keutamaan Dan Kebaikan Serta Cinta Beramal Untuk Agama Dan Tanah Airnya. Untuk itu anak harus dididik keberanian, kedermawanan, kesabaran, keikhlasan dalam beramal, mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, kemuliaan jiwa, keagamaan, kebebasan yang sehat dan benar dalam perkataan dan perbuatan, ruhul jihad dan cinta kepada tanah airnya.